Novel Kembara Rindu mengisahkan tentang perjalanan seorang pemuda bernama Ainur Ridho atau kerap dipanggil Ridho. Ridho menjadi anak yatim piatu sejak kelas 5 SD, ayahnya lebih dahulu meninggalkanya saat ia masih kecil. Ridho tinggal bersama Kakek Jiro, Nenek Halimah, Nenek Zumroh, Syifa dan Lukman, adik sepupunya.
Perjalanan Ridho mulai menarik ketika ia diminta oleh Kakeknya untuk merantau dan nyantri dengan Kyai Nawri, seorang Kyai yang terkenal dengan keikhlasannya. Mulanya Ridho tidak mau, namun kakeknya berpesan "Anak panah kalau tidak pernah dilepas dari busurnya maka tidak akan pernah sampai sasaran. Demikian juga manusia, jika tidak pernah untuk mencari ilmu maka dia tidak akan pernah meraih kegemilangannya". Akhirnya ia nyantri dan tidak diizinkan pulang sebelum Kyai nya yang meminta nya pulang.
Konflik batin terjadi ketika kakek dan kedua neneknya sakit, Syifa sendiri yang harus mengurus mereka, Ia menghabiskan masa muda dengan berjualan. Meskipun ia miskin, ada pesan moral yang dapat kita ambil yaitu kita harus selalu jujur. Syifa pernah menemukan sebuah hp mahal di masjid, ia mengembalikkannya ke penjaga masjid.
Setelah sekian lam nyantri, Kyai Nawri meminta Ridho untuk pulang. Ada satu pesan yang disampaikan Kyai nya "Santri-santriku, dalam pengembaraan mengarungi kehidupan dunia ini jadilah kalian orang-orang yang penuh rindu. Orang-orang yang rindu pulang. Jadilah seperti orang mengembara dan sangat rindu untuk segera bertemu keluarganya". Pesan tersebut mengingatkan kita untuk tidak lupa akan keluarga, sejauh manapun kita merantau.
Ridho terharu dan enggan meninggalkan santri, matanya berlinang. Lalu ia pulang. Setiba di kampung ia mendapat berbagai kalimat celaan seperti untuk apa belajar kalo ujungnya jualan gorengan. Hal itu menyakiti hatinya, namun ia tidak membalas. Ia justru berusaha lebih giat untuk sukses dengan cara merawat masjid yang jadi peninggalan kakek buyutnya, lalu mendirikan pesantren, membuka usaha perikanan, ladang hingga ia terkenal sebagai orang sukses. Kesuksesanannya tidak luput dari caranya mendapatkan rezeki yang barokah dan bermanfaat untuk orang lain.
Selain menyajikan sisi Agama, novel ini juga menyajikan budaya lampung yang begitu indah baik segi alam dan juga kebudayaan.
Rincian Buku:
Penulis: Habiburrahman El Shirazy
Jumlah Halaman: 236
0 Komentar